Senin, 17 November 2008

Chauvinism Sang Kopral !

20 April 1889, di Kota Branau, Austria dari pernikahan seorang prajurit dan TKW pembantu rumah tangga lahirlah seorang laki2 yang kelak “mewarnai” dunia karena kekejamannya. Siapa lagi kalau bukan ADOLF HITLER.

Dalam buku The Mass Killers of The Twentieth Century, diurai secara garis besar sepak terjang sang penguasa namun berpangkat kopral. Dimana pada awalnya Hitler remaja bercita2 menjadi seorang artis dengan mengikuti semacam ajang penemuan bakat : Academy of Fine Arts sebanyak 2 kali, namun selalu gagal. Akhirnya pada tahun 1913 ia pindah ke Munich, dan bekerja sebagai tukang cat dan drafter teknik.

Tahun 1914, pecahlah Perang Dunia (PD) I, dimana Hitler bergabung sebagai sukarelawan pada AD Jerman, hingga ia mendapatkan Gelar yang sangat bergengsi sebagai prajurit, Iron Cross. Setelah perang berakhir, pangkatnya tetap saja Kopral dan ia menderita trauma akibat perang hingga harus dirawat di rumah sakit militer.

Singkat kisah, tahun 1919 sang Hitler bergabung dengan Partai Pekerja Jerman, yang kelak berubah nama menjadi Partai Sosialis Nasional (National Socialist Party /NAZI), dengan program partai yang sangat controversial : Pembersihan hak-hak sipil terhadap orang Yahudi dan menuntut pengusiran kaum Yahudi dari Jerman. Hitlerpun lantas membentuk “pasukan-pasukan badai” yang dinamai Sturmabteilung (SA)- Brownshirts, hingga akhirnya mereka melakukan upaya kudeta yang gagal dan Hitler ditangkap dan diadili. Semasa di dalam penjara, ia menulis karya yang sangat terkenal, walau tak pernah dipublikasikan hingga akhir hayatnya “Mein Kampf” (perjuanganku), yang merupakan otobiografi politik dan ulasan atas keunggulan Ras Arya serta ancaman kaum Yahudi.

Tanggal 30 Januari 1933, kuku Nazi semakin tajam, ketika Hitler ditunjuk sebagai kanselir. Gebrakan-gebrakan “spektakuler” langsung diluncurkan : Kaum Nazi yang dipenjara dibebaskan dan mendapat pengampunan penuh, kritikus-kritikus pemerintah dan Nazi ditangkap, pemerintah regional dibubarkan dan dibentuk kembali berdasarkan penunjukan sang “Fuhrer”, partai politik sayap kiri dilarang, Demokrasi dikebiri dengan partai tunggal, kaum Yahudi dan sayap kiri di berantas dari lingkaran birokrasi, uni perdagangan dibubarkan, Getapo (polisi rahasia Negara) dibentuk, kamp-kamp konsentrasi didirikan, pemberangusan terhadap buku-buku karangan kaum Yahudi, Marxis dan aliran “subversive” lainnya, dan “pogram-program” lainnya, hingga syahlah ia diangkat sebagai Presiden, kanselir dan panglima tertinggi angkatan bersenjata Jerman di tahun 1934, sehingga dimulailah babak baru pembunuhan lebih dari 60 juta jiwa manusia, hingga akhir hayatnya yang tragis (bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri pada tanggal 30 April 1945, 2 hari setelah pernikahannya dengan Eva Braun yang cantik dan seksi, yang juga bunuh diri dengan cara menenggak racun serangga).

Dalam harapan terakhir yang Hitler tulis sebelum ia bunuh diri, bahwa ia menyerukan pada Pemerintah Jerman “untuk menjunjung tinggi hukum ras sampai akhir hayat dan tetap mempertahankan sikap tanpa pengampunan bagi tahanan-tahanan dari penjuru dunia, terutama kaum Yahudi.

Kisah diatas jelas menggambarkan bahwa segala sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik. Termasuk Chauvinism yang merupakan suatu ajaran untuk menanamkan sifat patriotik, sifat ke”akuan”yg berlebih lebihan.

Kondisi seperti ini secara jujur harus kita akui masih terdapat di kalangan masyarakat kita. Masih ada sebagian kaum yang menganggap dirinya serba “super”, sehingga tidak mengakui keberadaan orang-orang yang berada disekitarnya. Masih adanya sifat dan atau sikap fanatisme yang berlebihan, baik itu dari sisi kesukuan, agama, ras ataupun antar golongan.

Untuk itu, mari kita belajar dari pengalaman-pengalaman, baik di “tubuh” kita sendiri maupun dari orang lain. Kita adalah satu…sama-sama manusia ciptaan Tuhan yang harus saling menghormati satu sama lain. Kira-kira kenapa Hitler begitu kejam? Apakah ada di orang Indonesia yang "kejam" seperti Hitler?

Tiada gading yang tak retak ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar